Monday, September 26, 2016

Tak Mau dimuliakan (Maaf Saya Sedang Resah)


Ketika keterbalikan makna terjadi di segala tempat. Maka secara tak sadar akan banyak pergeseran nilai. Dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan yang membuat arus kemanusiaan semakin terperangkap ke dalam jurang kehancuran.

Dikisahkan para wanita di zaman Rasulullah. Saat mereka mendapatkan perintah menutup kepalanya dengan hijab. Mereka segera mengambil kain apa saja yang bisa di gunakan. Kemudian dijadikan untuk menutup kepala mereka. Dengan indah dan menawan mereka bergerak dengan cepat untuk mengejar kemuliaan. Sehingga terlahirlah dari mereka para pahlawan yang gagah berani.

Mereka menikmati arahan islam agar mereka menjadi wanita yang mulia dan dimuliakan.

Tetapi saat ini makna telah di jungkir balikkan. Akhirnya entah muncul dari sudut mana. Muncul wacana bahwa kemuliaan itu mengekang mereka. Hingga mereka merasa terikat dan terbelunggu.

Pertanyaan terpenting akhirnya muncul. Apakah memang saat ini kemuliaan itu tak diinginkan?

Saat ada kebijakan yang muncul untuk memuliakan di abaikan. Dan merasa acuh dengannya. Maka silahkanlah kemuliaan itu di gadaikan dengan racun racun kebebasan dunia.

Silahkan semua menjauhi kemuliaan. Karena kemuliaan memang milik orang yang mau menjaga.

Silahkan semua menjauhi kemuliaan karena kemuliaan adalah kebanggan yang tak bisa di sematkan untuk semua orang.

Silahkan semua menjauhi kemuliaan karena kemuliaan adalah kebahagiaan yang tak akan di dapatkan semua orang.

Kembali kita bertanya. Apakah kalian tak ingin kemuliaan itu?
Hingga kejayaan bisa kembali pada kita.

Rawamangun, 26 September 2016

0 comments:

Post a Comment