Monday, September 28, 2015

                “Dosen ingin logika. Guru ingin logika. Perdebatan ingin logika. Aku berikan semua logika. Biarkan aku mati di dalamnya”

                Keperihan menjalar kemana-mana. Karena hati sudah jarang sekali digunakan. Logika diutamakan. Semua harus berwujud dalam rasionalitas yang mengekang. Pemecahan masalah harus berwujud dalam pemikiran yang matang.

                Ahh.. sekali lagi renungkanlah. Andaikan hati dilapangkan. Kesempatan memaafkan diperlebar. Maka kemungkinan kesakitan akan mengecil. Tak semua masalah harus dilogikakan jalan keluarnya, jika hati kita fungsikan.

                Wahai dunia berikanlah kesempatan pada manusia untuk menggunakan hatinya. Karena kebahagiaan sebenarnya ada padanya. Bukan pada kemenangan logika. Berilah waktu pada hati untuk bertindak.

                Mari manfaatkann hati untuk memperlapang segalanya. Sehingga dunia merasakan cinta yang membangun antar sesama

Thursday, September 24, 2015

more about me: miqdadramadhan.tumblr.com

Monday, September 21, 2015


Si sepi menghampiri . Menghampiri dengan semangat menemani. Kemudian dia pergi dikala dia merasa tak diperlukan lagi.

Aku terlalu mencintai bau sepi ini. Sehingga aku tak ingin dia pergi. Aku menantikan disaat sepi datang lagi, menghampiri.

Sendiri, menyepi. 

Tuesday, September 1, 2015

Aku berjalan pulang melewati jalanan kemunafikan. Langkah kakiku tertahan melihat senyuman-senyuman yang tak bernyawa. Aku terdiam menyaksikannya untuk sementara waktu. Aku melihat mereka semakin lama semakin tenggelam di dalam canda tawanya. Dan mereka tertawa terbahak-bahak. Aku termenung sejenak. Kemudian aku bertanya dalam hati, “Apakah mereka benar-benar hidup?”


 Akupun berjalan melalui mereka. “Buat apa aku memikirkan mereka”, gumamku. Biarkan sajalah mereka tertawa di dalam kebohongan.  Pemandangan seperti ini juga sering terlihat setiap harinya. Biarkan saja berlalu. Akupun berlari sedikit. Teringat barang belanjaan di tanganku sudah ditunggui ibuku.