Friday, October 24, 2014


 Hati adalah sumber permata yang paling berharga. Ketika jiwa tak mampu merasakan banyak hal dan hanya mengejewantahkan dalam bentuk logika. maka akan banyak yang terzalimi dan tak berharga. Dan hati lah yang berfungsi untuk mengartikan dari perasaan yang menjadi alat ukur dalam merasakan. Maka bila hati berfungsi itu akan menjadi hal yang sangat berharga. Emas dan permata tak ada artinya. Karena hatilah yang mengartikan kebahagiaan itu sendiri.

Friday, October 17, 2014

 Memahami dari kondisi bangsa Indonesia yang semakin jauh dari nilai-nilai. Ketika para terpelajar saat ini terlupakan apa hakikat belajar itu sendiri. Akhirnya para pelajar terjebak dengan kungkungan nilai-nilai pembukti bahwa mereka berhasil atau tidak. Tetapi banyak sekali yang terlupa bahwa etika telah digadaikan untuk mengejar materi yang menekan. Kini bangsa sudah tak lagi terdidik. Sangat jauh dari nilai.

Sungguh bangsa ini akan menghadapai banyak persoalan ke depan tetapi kenapa para pelajar hanya diajari soal-soal ujian. Kurikulum hanya menjadi formalitas yang terpenjara dalam standar operasionalnya tetapi minim makna. Bukan menyalahkan para perancangnya. Hanya merasa itu belum maksimal dalam pelaksanaannya.

 Akhirnya pendidikan formal tak memberi arti yang mendalam ke dalam jiwa. Bahwa pendidikan kini telah kehilangan maknanya. Apakah hanya hasil raport yang menjadi patokannya? Pendidikan menjadi lahan untuk sorak sorai penggembira. Bahwa mencerdaskan bukan lagi tujuannya. Jauh sekali dari kebermaknaannya.

 Pendidikan menurut saya bukan hanya tentang memperlihatkan kejeniusannya tetapi harus banyak melibatkan hati dan perasaan. Bahwa mendidik adalah cinta yang harus dilanjutkan untuk generasi ke depannya. Bahwa mendidik adalah rahasia dari Tuhan untuk terus berlangsungnya kebaikan di dalam perjalan kehidupan.Dan memperhatikan dari tata pola komunikasi para pelajar saat ini. Masih jauh dari nilai kesopanan. Bahwa sesungguhnya belajar itu seharusnya merubah pola komunikasi seseorang. Tapi kenapa kata kasar dan tak beradab masih sering terlontar? Apakah benar pendidikan sekarang telang kehilangan maknanya? Sekali lagi saya bertanya.

Apakah memang saya yang berbeda? Yang sangat mengharapkan sekali pendidikan yang sangat sarat makna. Bukan hanya transfer ilmu tetapi penuh dengan kekeringan jiwa. Apakah memang saya yang berbeda? Yang mengharapkan pendidikan memberikan nilai untuk menghadapi kehidupan ke depannya. Apakah hanya saya yang berbeda yang mengharapkan nilai-nilai cinta bersemi di dalamnya. Apakah memang saya yang berbeda?
               
  17 Oktober 2014  
Tulisan emosional dan tak ilmiah dari seorang insan